Menu

Thursday 9 January 2014

Teks Drama - Kejadian di Halte


           Salam kawan-kawan selamat datang di blog yang sederhana ini, kali ini saya akan posting tentang sripct drama, barang kali temen temen lagi ada yang dapet tugas sekolah buat bikin teks drama ini bisa menjadi alternatif, langsung aja ini dia:


KEJADIAN DI HALTE
Setiap pulang sekolah Ali, Deni, dan Memo menunggu mobil jemputan di gerbang sekolah seperti biasanya, tetapi mobil jemputan tidak datang karena supir mereka sedang pulang kampung. Orangtua mereka tidak dapat menjemput karena sibuk di kantor. Akhirnya mereka dengan berat hati naik busway.
Memo   : “Ah, nyebelin banget sih hari ini.”
Ali        : “Iya bener. Masak orang kaya naik busway sih, enggak banget deh.”
Deni     : “Udah panas, banyak debu, busway nggak dateng-dateng lagi.”
             “Sial banget sih ini.”
Dua orang pengamen datang menghampiri mereka yang sedang ngobrol.
Ayu      : “Permisi mas, numpang ngamen ya..”
             (Ayu dan Citra bernyanyi)
Deni     : “Stop-stop, bikin kuping panas tau nggak !”
Ali        : “Bener, lagi bete kayak gini, kalian dateng bikin tambah bete tau !!”
Memo   : “Ganggu orang aja sih !”
Ayu      : “Kita kan cuma mau ngamen kok mas, mungkin kalau kita nyanyi bete                   kalian bisa ilang.” (muka sedikit sedih).
Memo   : “Bukannya ilang bete-nya, malah nambah tau !”
Citra     : “Kita kan nggak tau mas. Kita nyanyi lagi ya mas, pasti bete-nya cepet ilang deh.”
Ali        : “Jangan !!! (nada membentak)
             “Gendang telinga kita malah rusak tau !”
Deni     : “Tadi aja telinga udah sakit, malah mau nyanyi lagi.”
Ayu      : “Separah itu ya, jeleknya suara saya mas ? Sampai-sampai kalian nggak mau denger saya nyanyi lagi.” (sedih)
Citra     : “Orang lain seneng-seneng aja tuh mas kalo kita ngamen, kok sama kalian beda ya ??”
Deni     : “Kuping mereka rusak kali ! Udah sana pergi, ganggu orang aja !!” (nada membentak)
Ayu      : “Uangnya belum dikasih mas.”
Ali        : “Nyanyinya jelek aja, ngapain dikasih !!”
Deni     : (Mengambil uang di saku) “Ya udah nih, ambil !!” (melempar uang ke tanah)
Memo   : “Kenapa nggak diambil ?”
Ali        : “Udah dikasih tinggal ngambil repot banget sih.”
Ayu      : (Mengambil uang) “Eh mas, kita punya harga diri ya. Ngasih uang nggak kayak gitu juga kali caranya. Kalian orang berpendidikan tapi kalian nggak bisa menghargai orang lain !! Apa kalian nggak pernah diajarin tata krama sama orang tua kalian !! (nada membentak)
Memo   : “Eh orang miskin nggak usah belagu deh”
Citra     : “Kita emang orang miskin, tapi kita juga punya harga diri mas, dan kita nggak mau harga diri kita diinjek-injek kayak gini.”
Ayu      : “Apa harus, menghargai orang lain diliat dari harta, penampilan dan pekerjaannya ?!!” (nada membentak)
Ali        : “Iya, kenapa ?? Nggak terima !! Orang miskin bisa apa sih ngelawan kita?”
Ayu      : (Membanting aqua) “Kita emang nggak bisa ngelawan kalian. Tapi akal pikir kita lebih normal dari kalian, yang nyombongin harta ! Jangan mentang-mentang orang kaya terus kalian seenaknya menginjak harga diri orang lain !!”
Deni     : “Alah, jadi pengamen aja sok.”
Ayu      : “Apa kamu bilang? Dasar cowok-cowok sombong. Apa gunanya sekolah tapi kalian nggak bisa menghormati orang lain.”
Citra     : “Udah yuk, mending kita ngamen di tempat lain aja, buang-buang waktu kita disini !”
Memo   : “Udah sana pergi !”
Ayu      : “Awas aja kalian kalo ketemu lagi !” (melempar uang ke tanah)
Ali, Deni, dan Memo  : “Wuuu, baru jadi pengamen belagu.”
          Akhirnya kedua pengamen pergi. Ali, Deni, dan Memo pulang jalan kaki karena busway tidak datang juga.



 sekian ceritanya semoga membantu & jangan lupa follow @Deni_dg08

Tuesday 7 January 2014

Cerpen Perjalanan Bersama Kreta Api

             selamat sore kawan-kawan apa kabar? semoga sehat selalu ya, dah lama nih gak nge posting ke ini blog, hehehehehe... kali ini saya akan posting cerpen buatan ku sendiri ini dia :

Perjalanan Bersama Kereta Ekonomi
Sore ini tampak cerah, walau tadi sempat datang mendung sejenak yang mendatangkan gerimis-gerimis kecil yang turun tidak begitu lama. Matahari di sebelah barat memancarkan sinarnya dari balik-balik awan putih yang menutupi sebagian tubuhnya. Aku sudah 2 minggu berlibur di rumah kakekku di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kali ini aku akan pulang ke Jogja menaiki Kreta api, seperti biasa aku menaiki kreta langgananku yaitu kreta Progo.        
Semua sudah siap. Aku segera berangkat ke Stasiun Pasar Senen. Jam di telepon genggamku sudah menunjukkan pukul 17.50 WIB. Setelah satu jam perjalanan, aku telah sampai di stasiun besar Pasar Senen. Tampak banyak orang keluar-masuk dari stasiun. Aku segera menuju loket KA Progo untuk membeli tiket. Tanpa menunggu lama, tiket sudah aku dapatkan, karena kebetulan saat itu antrian tidak begitu banyak. Di dalam tiket tertulis jadwal keberangkatan KA Progo dari Stasiun Pasar Senen pada pukul 19.30 WIB dan akan sampai di Stasiun Lempuyangan pukul 07.30 WIB. Di bawah tulisan jadwal keberangkatan ada tulisan K3-4, 9C. Itu menunjukkan kelas kereta api (K3= kelas 3 atau ekonomi), nomor gerbong (gerbong 4) dan nomor tempat duduk (9C), berarti di situlah tempatku. Aku sengaja datang lebih awal dengan maksud agar masih mendapatkan tiket yang bertempat duduk. Karena apabila tidak mendapatkan tempat duduk, maka penumpang harus berdiri atau duduk di sela-sela gerbong dan ini sangat tidak mengenakkan. Apalagi lama perjalanan membutuhkan waktu kira-kira dua belas jam, sebuah hitungan waktu yang lumayan lama.
KA Progo sudah menjadi langgananku, setiap kali ke Jakarta naik kereta, aku pasti memakai kereta ini, dengan pertimbangan harga tiketnya yang sangat murah, cukup mengeluarkan uang Rp.55.000,- aku sudah bisa pulang pergi Lempuyangan-Pasar Senen. Begitu juga dengan masyarakat yang kelas ekonominya menengah ke bawah, kereta ini menjadi transportasi alternatif  mereka. Karena dari segi harga, transportasi menggunakan bis bisa dua kali lipat lebih mahal dari harga Kereta Progo. Jadi, sesuai dengan kelasnya yaitu ekonomi, maka harga yang harus dibayar juga sangat ekonomis.

Menurut informasi penjaga stasiun, kereta sudah siap di jalur tiga. Aku sedikit kaget, karena sekarang jam baru menunjukkan pukul 17.00 WIB, tetapi kenapa kereta sudah siap? Ternyata ketika aku menuju jalur tersebut, yang ada baru gerbong keretanya, sedangkan lokomotif yang nantinya berfungsi untuk menarik kereta, belum dipasang. Walau begitu, beberapa penumpang sudah ada yang naik dan mencari tempat sesuai dengan nomor tempat duduknya masing-masing. Hal tersebut terjadi mungkin karena Stasiun Pasar Senen merupakan stasiun pemberangkatan yang pertama untuk KA Progo.
Waktu terus berjalan. Lokomotif kereta sudah dipasang. Terdengar suara dari alarm stasiun dan suara petugas stasiun di pengeras suara, bahwa kreta api ekspres malam Progo siap di berangkatkan. Tepat saat petugas membunyikan peluitnya KA Progo pun berangkat sambil membunyikan S35 yang panjang. Banyak suara-suara pedagang, serta tidak mau kalah seorang petugas kereta yang menawarkan jasa penyewaan bantal “Bantal-bantal, bantalnya semalam tiga ribu saja,” ujarnya. Di sela-sela semua suara itu, masih ditambah lagi dengan suara gitar para pengamen yang lalu-lalang silih berganti dengan pengamen lainnya, ada empat pengamen waktu itu. Suara-suara pedagang dan pengamen berbunyi secara bersamaan, sehingga terdengar saling bertabrakan. Jadi, keadaan gaduh dan sangat berisik.
Kereta Progo telah melewati besar Stasiun Jatinegara. Suara-suara itu belum juga berhenti. Bahkan pedagang semakin bertambah ketika kereta sempat berhenti sejenak di Stasiun Jatinegara untuk menaikkan penumpang. Justru sekarang pedagang semakin banyak. Sekarang waktu menunjukkan 19.46 kereta berhenti di Stasiun Manggarai untuk menaikkan penumpang lagi. Penumpang yang naik dari stasiun ini lumayan banyak, belum lagi ditambah dengan para pedagang dan pengamen yang juga ikut naik, menjadikan keadaan semakin berdesak-desakkan di dalam kereta, itu sangat terlihat di dekat pintu masuk pada setiap gerbongnya.
KA Progo terus melaju kencang. Waktu menunjukkan pukul 22.10 kreta berhenti sejenak di Stasiun Cikampek untuk menunggu persilangan dengan kreta lain, stasiun cikampek merupakan stasiun besar yang terdapat dua cabang rel yang mengarah ke Bandung dan Semarang.  Selang 10 menit kemudian kreta pun berjalan lagi.Malam semakin larut aku pun tertidur nyenyak sesekali.. Aku terbangun sejenak karena kreta berhenti lagi, tapi entah di mana.
Tak terasa aku tertidur sekitar 4.5 jam, aku melihat telepon genggam ku waktu menunjukan 02.34 kreta pun telah sampai di stasiun Purwokerto“Lanting-lanting, oleh-oleh’e mas, sepuluh ewu papat”, “Gethuk pisang… Gethuk’e, gethuk’e”, “Lapis pisang’e mas…”, “Kopine mas.., rongewunan”, “sego ndok telongewu..sego ndok”, suara pedagang saling bersahutan. Perjalanan yang sangat melelahkan. Aku pun tertidur lagi, Semalam berada di dalam KA Progo, berdesak-desakan dengan para penumpang, dihiasi dengan suara-suara para pedagang dan pengamen. Tiba-tiba telepon genggamku bergetar. “Sudah sampai mana?” sebuah pesan singkat datang dari ayahku. “Ini sudah sampai stasiun Kutoarjo, 1 jam  lagi mungkin sudah sampai Lempuyangan..” Aku membalasnya. Jam di telepon genggamku sudah menunjukkan pukul 06.25 WIB. Kereta berhenti di sini lumayan lama, selain menurunkan penumpang, Masinis juga turun menuju kantor stasiun, mungkin mereka ingin istirahat sejenak sambil menikmati seduhan teh hangat di pagi hari. Kereta kembali berjalan melaju kencang, melewati sawah-sawah yang membentang luas, sambil terus-terusan masinis membunyikan klaksonnya, karena di daerah ini banyak pintu perlintasan kereta yang tidak ada palangnya, serta banyak para petani yang lalu-lang di situ.
Stasiun Wates dan Patukan sudah dilewati, berarti sebentar lagi akan sampai di Stasiun Lempuyangan. “Kami ucapkan selamat pagi dan selamat datang bagi para penumpang Kereta Ekspers Malam Progo sekarang perjalanan anda telah sampai di stasiun tujuan akhir yaitu Stasiun besar Lempuyangan, periksa kembali barang bawaan anda jangan sampai tertinggal di dalam rangkaian KA”, terdengar suara petugas stasiun dari pengeras suara. “Alhamdulillah sampai juga,” gumamku. Sinar matahari pagi bersinar cerah dari arah timur seolah menyambut kedatangan para penumpang di Stasiun Lempuyangan.

thx: Semboyan35.com

Teks Narative Surabaya

             selamat sore kawan-kawan apa kabar? semoga sehat selalu ya, dah lama nih gak nge posting ke ini blog, hehehehehe... kali ini saya akan posting teks narative yang berjudul surabaya kali ini saya tampilkan dalam 2 versi bahasa yaitu Inggris dan Bahasa Indonesia, langsung aja cekidott:

SURABAYA

A long time ago, there were two animals, Sura and Baya. Sura was the name of a shark and Baya was a crocodile. They lived in a sea.
Once Sura and Baya were looking for some food. Suddenly, Baya saw a goat.
“Yummy, this is my lunch,” said Baya.
“No way! This is my lunch. You are greedy” said Sura. Then they fought for the goat. After several hours, they were very tired.
Feeling tired of fighting, they lived in the different places. Sura lived in the water and Baya lived in the land. The border was the beach, so they would never fight again.
One day, Sura went to the land and looked for some food in the river. He was very hungry and there was not much food in the sea. Baya was very angry when he knew that Sura broke the promise.
They fought again. They both hit each other. Sura bit Baya's tail. Baya did the same thing to Sura. He bit very hard until Sura finally gave up and Awent back to the sea. Baya was happy.

SURA BAYA

Sebuah waktu yang lama, ada dua binatang, Sura dan Baya Sura adalah nama ikan hiu dan. Baya adalah buaya. Mereka tinggal di laut.
Setelah Sura dan Baya sedang mencari beberapa makanan. Tiba-tiba, Baya melihat seekor
kambing.
"Yummy, ini saya makan siang," kata Baya.
"Tidak mungkin Ini adalah makan siang saya. Anda serakah!" Kata Sura. Kemudian mereka berjuang untuk kambing. Setelah beberapa jam, mereka sangat lelah.
Merasa lelah pertempuran, mereka tinggal di tempat yang berbeda Sura hidup di air dan Baya tinggal di tanah. Perbatasan adalah pantai,. Sehingga mereka tidak akan pernah bertarung lagi.
Suatu hari, Sura pergi ke tanah dan mencari beberapa makanan di sungai Dia sangat lapar dan tidak ada banyak makanan di laut.. Baya sangat marah ketika ia tahu bahwa Sura melanggar janji.
Mereka berjuang lagi Mereka berdua saling memukul.. Ekor Sura Baya bit itu. Baya melakukan hal yang sama untuk Sura. Ia menggigit sangat keras sampai Sura akhirnya menyerah dan Awent kembali ke laut. Baya senang